alilybra

ALILYBRA_EWA_MBF

Minggu, 17 Februari 2013

TOLE KACONG








CN Blue BAN MAL
Intro : G D Em D C G Am D

G                                          D
Maen cho eum neo reul bu deon nal
                    Dm                                E
Sujubki man ha deon neo yae mageun misodo
          Am7                     Am
Oneuri jina myeon kakkaweo jilkeoya
           C                               D7
Mae il seollae neun kidae reul hae
G                                     D
Mu seun mareul keon nae bulkka
                    Dm                          E
Ottohkae ha myeon neega useo jul ka
            Am7                           Am
So neul keo nae bu da eosaek hae jill ka bwa
            C                               D7
Meojeogeun useum man useo bwa
           G                                   D
Uri seoro ban mal ha neun sa ee ga dui ki reul
         Em                           D
Ajik cho geum seo tu reo go eo saek ha nae do
C         D      Bm      Em
Komawoyo ra neun mal tu dae sin
                     C                         D
Chum to chinagae ma reul hae jullae
                      G                                   D
Uri seoro ban mal ha neun sa ee gak twil ko ya
                       Em                           D
Han geo reum shik.. cheon cheon hi da ga wa
             C         D      Bm      Em         C
Ee jaen nae du nu neul ba ra bo myeo ma reul hae jullae
D7
Neol saranghae
G                                          D
Na wa yae so neul chab teon nal
                    Dm                          E
Shim jang ee meom chun deut han ki bun deu rae
            Am7                           Am
Mu seun mal hae naen ji ki yeok cho cha ahn na
            C                               D7
Ma nyang seol lae neun ki bu nin geol
           G                                   D
Uri seoro ban mal ha neun sa ee ga dui ki reul
         Em                           D
Ajik cho geum seo tu reo go eo saek ha nae do
      C         D      Bm      Em
Komawoyo ra neun mal tu dae sin
                    C                         D
Chum to chinagae ma reul hae jullae
           G                                   D
Uri seoro ban mal ha neun sa ee gak twil ko ya
                           Em                           D
Han geo reum shik.. cheon cheon hi da ga wa
             C         D      Bm      Em         C
Ee jaen nae du nu neul ba ra bo myeo ma reul hae jullae
D7
Neol saranghae
Interlude : G D Em D                C D Bm Em C D7
           G                                   D
Uri seoro sarang ha neun sa ee ga dui ki reul
                       Em                           D
Cha beun du son yeong won hee huh ji ah neul kkeo ya
             C         D      Bm      Em
Baraboneun neo yae nun bit so gae
                     C                         D
Haeng bok han mi so man ee kkil ba rae
           G                                   D
Uri seoro sarang ha neun sa ee ga twil kkeo ya
                       Em                           D
Akkyeo ju go pyeon hee ki tae myeon dwe
                   C         D      Bm      Em
Neo reul bo neun na yae du nun bit chi
     C
Mara go isseo
D7
Neol saranghae
Outro : G

Karya Tulis Ilmiyah



BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Untuk memperoleh produksi ternak yang tinggi, banyak cara yang dapat kita gunakan, pada umumnya masyarakat di pedesaan memelihara ternaknya dengan cara tradisional, ada juga yang semi intensif bahkan ada yang intensif, dalam hal ini pemeliharaan secara intensif biasanya diterapkan pada suatu peternakan yang komersil. Hal itu semua tentunya akan memberikan output yang tinggi jika peternak dapat menerapkan konsep feeding, breeding dan managemen.
Dalam berternak itu banyak sekali pilihan-pilihan yang dapat kita pilih untuk mengembangkan suatu usaha peternakan, hal itu tentunya tergantung dari jenis ternak apa yang mau diternakkan serta mau diarahkan kemana tujuan produksi dari ternak tersebut. Apakah kita akan memelihara ternak dengan tujuan untuk memproduksi daging, susu, tenaga, bulu, wol, telur dan lain sebagainya. Yang mana hal tersebut tentunya dipilih dengan melihat potensi yang mendukung disekitar tempat yang akan digunakan untuk beternak. Misalnya di daerah pedesaan yang masih terdapat persawahan dan rawa-rawa dapat digunakan sebagai tempat untuk beternak itik, yang mana itik tersebut dipelihara untuk memproduksi telur. Ternak itik juga dapat digunakan untuk mengendalikan hama pada tanaman padi.
Pada umumnya itik mencari makan di permukaan sawah dan di selitar batang padi. Namun sejak berkembangnya teknologi pertanian seperti penggunaan obat-obatan kimia dan berdosis tinggi yang dapat membasmi hama di daerah pertanian kususnya yaitu petani sawah, kasus keracunan itik sering menimbulkan konflik sosial.sehingga pemeliharaan ternak itik secara tradisional memberikan resiko yang cukup besar.
Melihat gambaran tersebut, pemeliharaan ternak secara tradisional sebaiknya dialihkan menjadi pemeliharaan ternak secara semi intensif dan intensif. Sebab bagaimanapun caranya mempertahankan pemeliharaan ternak seecara tradisional dimasa mendatang susah bila untuk diharapkan. Yang mana hal ini disebabkan oleh penggunaan obat-obatan pembasmi hama yang dapat membasmi hama yang mana merupakan pakan dari tenak itik tersebut. Hal ini menuntut para ilmuan untuk menemukan metode baru yang dapat digunakan untuk mengelola ternak itik.
Balai penelitian ternak memperkenalkan alternatif pemeliharaan ternak secara terkurung yang tergolong dalam peternakaan dengan sistem pemeliharaan secara intensif. Ternyata dengan percobaan-percobaan yang telah dilakukan ternak itik dapat berproduksi sama bahkan dapat melebihi dari produksi ternak itik yang dipelihara dengan cara pindah-pindah (tradisional).
Oleh karena itu para peternak tidak perlu khawatir dengan keadaan lingkungan yang semakin memprihatinkan karena beternak itik dapat dilakukan secara terkurung. Tentunya dapat diterapkan di daerah pekarangan rumah yang mana dapat memudahkan peternak dalam pemeliharaannya, hal ini yang saat ini dilakukan oleh peternak yang berada di desa Ginunggung Kec Galang Kab Tolitoli.
1.2     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan pokok yang dapat penulis rumuskan adalah bagaimana cara memenuhi pakan itik serta nutrisi tambahan bagi ternak itik maka dibuatlah kolam sehingga mirip dengan habitat aslinya.
1.3    Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah agar diketahui tentang bagaimana cara atau metode pemeliharaan ternak itik yang baik, dan mengetahui manfaat dari kolam dalam sistem pemeliharaan itik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Pengertian Ternak Itik
Di Indonesia, ternak itik adalah ternak unggas penghasil telur yang potensial disamping ternak ayam. Umumnya, ternak itikmerupakan ternak unggas yang dipelihara oleh para petani yang bermukim di daerah pantai sam pai yang bermukim di pedesaan sampai yang di pegunungan. Lokasi pemeliharaannya sesuai dengan kebiasaan hidup, sebagai akibat dari struktur anatomis tubuhnya. Paruh, selaput renang pada kaki dan kondisi bulunya, merupakan ciri khas yang dapat digunakan untuk membedakannya dengan ayam (samoir/1/1990).
2.2    Penggolongan Ternak Itik
Menurut (samoir/8/1990), menurut tipenya, ternak itik dapat digolongkan ke dalam tiga golongan yaitu sebagai berikut :
1.    Tipe petelur
Itik dengan tipe petelur yaitu itik yang dipelihara dengan tujuan untuk diambil telurnya. Yang termasuk kedalam itik tipe petelur adalah :
Gambar 1. Itik Indian Runner
Gambar 2. Itik Khaki Campbell
Gambar 3. Itik Buff (buff orpington)
2.    Tipe pedaging
Itik dengan tipe pedaging yaitu itik yang dipelihara dengan tujuan untuk produksi daging. Yang termasuk ke dalam itik tipe pedaging adalah sebagai berikut:
Gambar 4. Itik Peking
Gambar 5. Itik Rouen
Gambar  6. Itik Muscovy Jantan
Gambar 7. Itik Muscovy Betina
3.    Itik Tipe Ornamental
Itik dengan tipe ornamental yaitu itik yang dipelihara dengan tujuan hanya untuk kesenangan saja, bukan untuk produksi telur ataupun daging. Itik yang termasuk kedalam itik ornamental adalah sebagai bertikut:

Gambar  8. Itik Call (grey call)
Gambar 9. Itik Mandarian
Gambar 10. Itik Wood
Gambar 11. Itik Blue swedish


2.3    Perkembangan Ternak Itik
Secara garis besar perkembangan ternak itik di dunia berkembang sangat pesat, hal ini dapat dilihat dari perkembangan yang terjadi dari tahun 1980 sampai tahun 1990. Pada tahun1980an, taiwan merupakan penguasa pasar itik dunia yang tidak ada duanya. Pada saat itu negara tahailand belum berarti apa-apa dalam usaha peternakan itik. Akan tetapi 10 tahun kemudian terjadi perubahan yang sangat mencolok. Thailand yang semula masih mengimpor itik pedaging dan itik petelur, pada tahun 1990an mampu mengekspor 3.500 ton daging itik ke jepang. Sejak saat itu pula thailan memasok itik-itiknya ke Singapura (Bambang Suharno dan Khoirul Amri/01/2001)

2.4    Penyebaran Ternak Itik Di Indonesia
Menurut (Bambang Suharno dan Khoirul Amri/01/2001) banyak cerita tentang sejarah penyebaran ternak itik di Indonesia. Versinyapun berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Namun yang dianggap sebagai cerita yang sebenarnya bahwa ternak itik masuk ke Indonesia adalah besamaan dengan masuknya agama hindu ke Indonesia. Bila hal itu benar berarti masuknya ternak itik ke indonesia adalah pada abad VII masehi.











BAB III
MATERI DAN METODOLOGI
3.1.       Materi
Di berbagai tempat, ternak itik memegang peranan yang boleh dibilang cukup penting bagi sebagian masyarakat pedesaan. Pemeliharaan ternak itik dapat dijadikan sebagai usaha sampingan, yang mana usaha itu haya dilakukan saat selesai mengerjakan pekerjaan utama. Akan tetapi apabila beternak itik dijadikan pekerjaan utama, dengan cara pemeliharaan yang baik tentunya akan memberikan produk atau output yang berkuantitas dan berkualitas.
Dengan kata lain, usaha sampingan, ternak itik dapat memberi tambahan pendapatan bagi peternaknya. Sisa-sisa dapurpun tidak terbuang begitu saja, selain itu waktu senggang anak dapat digunakan untuk mengurus ternak itik yang relatif lebih mudah untuk dikendalikan. Kandang itik yang berpagar sebaiknya terdapat kolam di dalamnya, sebagai tempat bermain itik sekaligus itik mempe oleh makanan tambahan dari kolam tesebut berupa keong dan cacing.
3.1.1.      Metodologi
3.1.2.      Waktu Dan Tempat
Penelitian ini dilaksanan pada hari rabu pukul 15:30-17:00 WITA dan hari kamis 08:30-11:00 wita. Dan penelitian ini dilakasanakan Di Dusun Bulokus Desa Ginunggung Kecamatan Galang Kabupaten Tolitoli
3.1.3.      Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
·           Cangkul
·           Sekop
·           Linggis
·           Camera (camera handphone dan camera digital)
·           Air yang berada dalam kolam

3.1.4.      Cara Kerja
Dalam penelitian ini ada beberapa cara kerja yang digunakan, cara kerja tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
·           Yang paling pertama dilakukan adalah menyiapkan alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini.
·           Selanjutnya menggunakan cangkul dan sekop untuk menggali tanah untuk pembuatan kolam.
·           Sedangkan linggis digunakan untuk membuang akar-akar pohon yang terdapat didalam tanah yang akan dijadikan kolam.
·           Kamera digital digunakan untuk mengambil dokumentasi.
·           Apabila tanah yang kita gali tidak mengeluarkan air, maka kolam tersebut abisa kita mengambilnya dari sungai dengan mengalirkannya. Akan tetapi dalam penelitian ini sumber air telah ada didalam kolam sehingga tidak diperlu susah-susah mengalirkan air dari ungai atau sumur.










BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.      Gambaran Umum Lokasi
4.1.1.      Sejarah Singkat Desa
Desa ginunggung adalah salah satu desa di bawah pemerintahan kecamatan galang kabupaten tolitoli. Desa ini sesuai perolehan data melalui wawancara diperoleh ketarangan bahwa desa ginunggung sebelum tahun 1967 masih merupakan bagian dari desa Lalos kecamatan Galang. Namun dalam perkembangannya serta didorong oleh keinganan kebutuhan masyarakat akan pelayanan yang maksimal, sementara desa Lalos pada waktu itu penduduknya semakin besar jumlahnya, sehingga perlu dirasa adanya pemekaran , dalam arti desa Lalos dipecah menjadi dua desa selain Desa Lalos sendiri. Dengan melalui musyawarah dan mufakat diantara tokoh-tokoh masyarakat serta warga masyarakat itu sendiri, maka pada tahun 1967, kampong Ginunggung yang tadinya masih bagian dari desa Lalos berubah statgusnya menjadi sebuah desa sendiri yang devinitif yakni desa Ginunggung seperti yang ada saat ini Desa Ginunggung seperti saat ini.
Sebagimana dengan desa-desa lainnya yang ada di kecamatan Galang. Desa Ginunggung juga senantiasa berbenah dan mengjar berbagai ketinggalan dengan Desa lainnya dan itu terlihat dimana pelaksanaan pembangunan dari berbagai aspeknya senantiasa berjalan dengan baik, termasuk pembangunan masyarkat itu sendiri dalam arti pemberdayaan masyarakat dalam berbagai aspeknya, yang salah satunya diantaranya adalah pemberdayaan masyarakat pesisir atau masyarakat nelayan yang merupakan objek kajian penulis dalam tulisan ini.
Desa Ginunggung tampaknya tidak berbeda dengan desa-desa lain pada umumnya yang ada di kecamatan Galang, yakni memiliki arti kata Ginunggung merupakan sebuah bahasa Tolitoli yakni asal kata “Nogunggun” yang artinya “runtuh dan longsor”. Jadi masyarkat lebih mengartikan sebagai sebuah gunung yang runtuh dan kemudian menjadi daratan, dan itulah arti kata Ginunggung.
Sejak berdiri sendiri (tahun 1967) sampai dengan sekarang, desa ginunggung telah beberapa kali mengalami pergantian kepala desa, ada pun kepala-kepala desa yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1.    Tahir Kalamentong menjabakkt dari tahun 1967-1970
2.    Tahadju Pande menjabat dari tahun 1970-1976
3.    Bosing Kalamentong menjabat dari tahun 1976-1983
4.    Abd. Rahman Pou menjabat dari tahun 1983-2002
5.    Masdin Jaya menjabat dari tahun 2002-2006
6.    Anwar Lihawa yang menjabat dari tahun 2006 sampai sekarang
Pergantian kepala Desa yang terjadi di desa Ginunggung pada awalnya hanya melalui penunjukan langsung dari camat, maka mulai dari tahun 2002, namun siering dengan reformasi yang bergulir di Indonesia, maka mulai tahun 2002, pemilihan kepala desa dilaksanakan secara langsung sebagaimana pemilihan kepemimpinan yang kini berlangsung di Indonesia. Di desa juga rakyat menentukan pemimpinnya. Tidak boleh lagi diintervensi oleh pemimpinnya sebagaimana tempo dulu.
Masyarkat desa pun sudah banyak tahu tentang hidup berdemokrasi, dimana setiap orang yang dianggap cakap dan mampu memiliki hak untuk diangkat me njadi pemimpin sekalipun pada tingkat pedesaan.kondisi seperti ini semakin mencerminkan pelaksanaan demokrasi yang semakin hari semakin bagus dan semakin banyak dipahami oleh kalangan hhingga masyarakat yang ada di perkotaan, hingga masyarkat yang berdomisili di pedesaan. Hal ini tentu saja sejalan dengan cita-cita pelaksanaan demokrasi di Negara ini dimana setiap mwarga Negara harus memahami dan mengetahui substansi dari system demokrasi yang dilaksanakan di Negara Indonesia ini, tidak terkecuali bagi masyarakat di Pedesaan.

4.1.2.      Kondisi Geografis Desa
Desa Ginunggung termasuk desa yang letaknya cukup bagus karena hanya berjalan ± 1 km dari ibu kota kecamatan dan 10 km dari ibu kota kabupaten. Lokasi desa ini tergolong cukup bagus karena memiliki akses yang cukup lancar dengan desa-desa lain yang ada di kecamatan Galang, sehingga penduduk desa ini mobilitasnya tergolong cukup tinggi. Desa Ginunggung wilayahnya cukup datar dan sebagian lagi bukit-bukit yang selama ini dijadikan sebagai lahan (perkebunan) penduduk yang ditanami dengan berbagai jenis tanaman produktif seperti coklat, cengkeh, dan sebagainya.
Luas desa Ginunggung berdasarkan data kantor Desa tahun 2012, adalah 646 km persegi yang peruntukannya terdiri dari bermacam-macam pemanfaatan. Sebagaimana halnya dengan desa-desa lainnya paling besar dari lahan yang ada di Desa tersebut adalah sawah yang mencapai 51,85%. Selain sawah ada juga pemanfataan dalam bentuk .perkebunan, pekarangan, bangunan pekarangan, bangunan pemerintah berupa bangunan kantor desa, serta hutan yang dilindungi oleh Negara dan tidak diperbolehkan untuk diolah. Untuk lebih jelasnya data tentang luas wilayah penulis sajikan dalam bentuk table berikut:
Tabel 1
Luas wilayah Desa Ginunggung Dirinci Menurut Pemanfaatannya
No
Jenis Pemanfaatan
Luas (Ha)
Persentase
1
Sawah
335
51,85
2
Ladang/Kebun
14
2,17
3
Hutan
88
13,62
4
Perumahan
164
25,41
5
Pekarangan
42
6,50
6
Perkebunan
1
0,15
7
Bangunan pemerintah
2
0,30

Jumlah
646
100%
Sumber : Kantor Desa Ginunggung, Tahun 2012
Data sebagaimana terlampir dalam table di atas menunjukkan bahwa pada umumnya penduduk di desa Ginunggung dalam mencari nafkah pekerjaanya adalah sebagai pencocok tanam (petani dan peladang). Hal ini dilakukan tentu saja karena dimungkinkan oleh ketersediaan lahan sawah serta tingkat keterampilan dari penduduknya yang memang hanya terbatas pada kemampuan sebagai petani.
Berdasarkan dari luas desa tersebut serta pemanfaatannya, secara administratif, desa ginunggung berbatasan langsung dengan beberapa desa dan laut. Sebagai mana yang telah tertera di bawah ini :
Sebelah utara     : berbatasan dengan desa Lalos
Sebelah Timur    : berbatasan dengan desa Tinigi
Sebelah Selatan : berbatasan dengan desa kalangkangan
Sebelah barat     : berbatasan dengan laut Sulawesi
Adapun jarak desa Ginunggung dengan ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah, yakni sejauh 444 km. Kondisi jalan yang ada dari ibu kota Provini ulawesi Tengah menuju ke Desa Ginunggung untuk saat ini tergolong bagus, sehingga dapat dilalui dengan kendaraan roda dua atau roda empat secara lancer dan setiap saat, apalagi saat ini dari Tolitoli ke kota Palu kendaraan daratlah yang boleh dikata mendominasi.

4.1.3.      Kondisi Demografis Desa
Jumlah penduduk di Desa Ginunggung kecamatan Galang yaitu berjumlah 2011 jiwa, yang mana penduduk laki-laki berjumlah sebanyak 1078 jiwa (53,61%) dan penduduk perempuan berjumlah sebanyak 933 jiwa (46,39%).
Jumlah penduduk tersebut diatas jika dirinci berdasarkan tingkatan/kelompok umur, maka hasilnya dapat dilihat dalam tampilan table berikut ini yang berada dibawah ini:



Tabel 2
Penduduk desa Ginunggung
Dirinci menurut kelompok umur
No
Kelompok Umur Penduduk
Jumlah Jiwa
Persentase
1
0-4
173
8,60
2
5-9
103
5,12
3
10-14
149
7,41
4
15-19
385
19,14
5
20-24
162
8,05
6
25-29
150
7,45
7
30-34
142
7,08
8
35-39
137
6,81
9
40-44
140
6,96
10
45-49
94
4,67
11
50-54
139
6,91
12
55-59
93
4,62
13
60 tahun ke atas
144
7,18

Jumlah
2.011
100%
Sumber : Kantor Desa Ginunggung, 2012

Tabel di atas menjelaskan bahwa penduduk usia produktif (15-54 tahun) masih sangat besar, sehingga memungkinkan untuk dapat membangun desanya secara berkesinambungan. Artinya dari sisi kebutuhan tenaga kerja, masih sangat tersedia di Desa Ginunggung terebut. Hanya saja disadari benar  bahwa kualitas tenaga kerja pedesaan sangat terbatas dan relatif rendah, sehingga jenis-jenis pekerjaan atau partisipasi mereka dalam pembangunan juga sangat terbatas.

4.1.4.      Keadaan Sosial Ekonomi
Pemanfaatan lahan terbesar bagi penduduk yang ada di Desa Ginunggung adalah sawah dan kebun/ladang, karena itu maka bisa ditebak bahwa mata pencarian utama pada masyarakat di desa ginunggung adalah sebagai petani. Namun demikian bukan berarti hanya bertani saja pekerjaan yang ada, jenis pekerjaan laninya yang cukup besar yakni di sektor formal atau sebagai Pengawai Negri Sipil (PNS), kemudian sebagai nelayaan, buruh dan pedagang serta TNI/POLRI.
Beragamanya jenis mata pencaharian masyarakat yang ada di desa Ginunggung, tidak terlepas dari kondisi lapangan kerja yang tersedia yang juga beragam yang dapat dijadikan sebagai sumber kehidupan utama. Bahkan ada di antara lain kehidupan utama. Bahkan ada diantara lain sebagai pegawai negeri sipil, juga memiliki lahan sawah dan kebun, juga ada pengawai negeri sipil yang sering turun melaut untuk mencari ikan sebagai upaya penambahan konsumsi, walaupun keikutsertaan mereka pada aspek kenelayaan bukan untuk dijual, tetapi semata-mata untuk kebutuhan keluarga.
Berbeda dengan nelayaan tulen yang mata pencahariannya hanya sebagai seorang nelayan, mereka turun melaut memang selain untuk di konsumsi sendiri, juga berusaha untuk memperoleh hasil yang banyak agar dapat dijual untuk  memenuhi kebutuhan primer lainnya.
Untuk lebih jelasnya mengenai mata pencaharian penduduk di Desa Ginunggung, maka berikut ini penulis sajikan dalam bentuk tabel  yaitu sbagai berikut :



Tabel 3
Penduduk Desa Ginunggung Dirinci
Menurut Mata Pencarian
No
Jenis Mata Pencaharian
Jumlah jiwa
Presentase
1
Pengawai Negeri Sipil
83
8,66
2
TNI/POLRI
2
0,21
3
Petani/Pekebun
689
71,92
4
Nelayan
124
12,94
5
Buruh
5
0,52
7
Wiraswasta/Dagang
30
3,14
8
Pekerjaan lainnya
25
2,61
Jumlah
958
100%
Sumber data: Kantor Desa Ginunggung, 2011
Seperti yang telah di singgung sebelumnya bahwa mata pencaharian utama masyarakat yang ada di Desa Ginunggung adalah sebagai petani, terbukti dari jumlah tenaga kerja yang terdaftar diperoleh sebanyak 689 orang (71,92%) yang berprofesi sebagai petani, baik sebagai petani lahan kering dan sebagai petani lahan barang (sawah  dan kebun). Kemudian mata pencaharian terbesar berikutnya adalah sebagai nelayan yakni sebesar 124 jiwa atau sekitar 60 kepala keluarga (KK) (12,94%). Nelayan inilah yang menjadi sasaran penelitian. Selanjutnya mata pencaharian berikutnya adalah sebagai Pengawai Negeri Sipil yakni sebesar 83 orang (8,66%). Mereka ini kebanyakan berprofesi sebagai guru, mulai dari guru sekolah dasar (SD) hingga guru SMK/SMA, baik  yang ada di desa ginunggung sendiri maupun sebagai guru di desa lain atau ibu kota kecamatan. Demikian juga diantaranya ada yang termasuk sebagai pegawai kantor kecamatan yang dirumahnya berada di desa ginunggung.
Selanjutnya sebagai wiraswasta atau pedagang sebanyak 30 orang (3,14) dan sebagai buruh dan pekerjaan lainnya. Mengenai pekerjaan lainnya yang dimaksud di sini adalah yang berprofesi sebagai tukang ojek dan tukang batu (bagunan).
Yang mendukung aktivitas perekonomian sejumlah 15 buah kios sebagai tempat belanja masyarakat, terutama dalam memenuhi Sembilan bahan pokok. Sementara ini di desa ginunggung tidak ada pasar. Karena itu penduduk yang akan menjual hasil kebun atau hasil tangkapan sebgai nelayan, ia harus ke desa lalos dimana di desa tersebut ada sebuah pasar sebagai wadah transaksi jual beli bagi masyarakat.
4.1.5.      Pendidikan
Aspek pendidikan pada masyarakat desa hingga kini masih sering menjadi buah bibir yang kurang mengenakkan. Betapa tidak pendidikan masyarakat di tingkat pedesaan, senantiasa dianggap rendah, sarana dan prasarana pendidikan yang kurang memadai, masih kurang tenaga guru, dan faktor pendukung lainnya. Sebagai contoh salah satu media harian terkemuka di provinsi ini pernah menuliskan bahwa Kabupaten Toiltoli masih membutukan tenaga guru sebanyak 700 orang (harian radar januari 2008). Jika dimaknai berita tersebut berarti bahwa selama ini Kabupaten Tolitoli termasuk wilayah yang kekurangan guru, utamanya guru Sekolah Dasar (SD). Hal itu juga tidak terkecuali termasuk di Desa Ginunggung sendiri.
Kondisi pendidikan masyarakat di Desa Ginunggung saat ini sebagaimana data yang di peroleh sepertinya tidak seperti sedia kala lagi, artinya sudah banyak mengalami peningkatan atau kemajuan. Misalnya masyarakat yang berpredikat sebagai sarjana sudah cukup memadai untuk ukuran sebuah desa. Di Desa Ginunggung saat ini sudah ada sekitar 67 orang yang telah menyelesaikan studi pada tingkat sarjana strata satu (S1) dari berbagai disiplin ilmu. Hal ini tentunya dapat menjelaskan bahwa pendidikan seperti itu dapat dijadikan sebagai parameter untuk mengukur tingkat pendidikan masyarakat yang berada di suatu desa atau wilayah.
Data mengenai pendidikan di Desa Ginunggung kami rangkum dalam Tabel sebagai berikut:
Tabel 4
Data Desa Ginunggung Dirinci
Menurut tingkat pendidikan

NO
Tingkat Pendidikan
Jumlah Jiwa
Presentase
1
Tidak Tamat SD
768
38,19%
2
Tamat SD/sederajat
702
34,91%
3
SLTP
159
7,91%
4
SLTA
315
15,66
5
Diploma/Sarjana
67
3,33%

Jumlah
2.011
100%
Sumber : Kantor Desa Ginunggung 2012
Data yang tertera pada tabel diatas tersebut diatas menunjukkan bahwa pendidikan masyarakat yang ada di Desa Ginunggung senantiasa mengalami peningkatan yang memadai dari tahun ketahun, utamanya anak-anak atau generasi saat ini, menganggap pendidikan sebagai sebuah investasi masa depan yang harus ditekuni saat ini. Mereka semakin menyadari bahwa pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting yang dapat menentukan masa depan seseorang khususnya dan desa tempat tinggalnya pada umumnya. Selain itu di Desa Ginunggung tidak kami temukan penduduk yang buta aksara dan angka, hal ini berarti bahwa desa ini terbebas dari buta aksara dan angka.
Didalam mendukung aktifitas pendidikan di Desa Ginunggung, saat ini pemerintah telah memiliki 4 buah fasilitas pendidikan yang dilengkapi sarana dan prasarana yang cukup memadai. Ke empat fasilitas tersebut antara lain : 1 buah jenjang pendidikan tingkat TK yang ada di dusun banua boki. 1 jenjang pendidikan dasar (SD) yang berada di dusun beringin, yang saat ini telah dilakukan renofasi. 1 buah jenjang pendidikan tingkat pertama (SLTP) yaitu Madrasah Tsanawiah yang ada di dusun Kekot. Dan selanjutnya yaitu 1 buah sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) yaitu SMK Peranian yang berada di dusun kekot pula.
Keberadaan fasilitas tersebut dianggap sudah cukup memadai oleh masyarakat, tinggal bagaimana masyarakat khususnya anak-anak usia sekolah yang ada di Desa Ginunggung mau memanfaatkan fasilitas tersebut secara baik dan benar.
4.1.6.      Agama
Penduduk Desa Ginunggung sesuai data yang ada pada umumnya keyakinannya adalah memeluk ajaran agama islam. Hal ini memungkinkan karena nenek moyang mereka sebagai penduduk asli Tolitoli memang telah memeluk ajaran agama islam secara turun temurun. Selain itu hadirnya beberapa keluarga dari selatan (bugis) yang juga memeluk ajaran agama islam ikut menambah besarnya penduduk yang memeluk ajaran agama islam di Desa Ginunggung tersebut. Adapun pemeluk agama lain seperti Kristen dan Hindu adalah penduduk pendatang (migran) yang datang bermukim disana serta mencari pekerjaan yang sesuai dengan bakatnya.
Mengenai penduduk Desa Ginunggung dirinci berdasarkan Agama, berikut penulis tulis dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 5
Penduduk Desa Ginunggung Dirinci
Menurut Agama Dan Jumlah Penduduknya
NO
Agama
Jumlah Jiwa
Presentase
1
Islam
1974
98,16
2
Kristen
29
1,45
3
Hindu
8
0,39
4
Budha
0
0

Jumlah
2.011
100%
Sumber : Kantor Desa Ginunggung 2012
Untuk mendukung aktifitas keagamaan sesuai dengan agama yang dianut, bagi penganut agama islam saat ini telah memiliki fasilitas peribadatan berupa 2 buah masjid yaiti masjid AL-FURQAN yang ada di dusun kota lama dan masjid NURUL IMAN yang ada di dusun kekot. Sementara untuk pemeluk agama lain seperti Kristen dan  Hindu belum memiliki fasilitas peribadatan seperti Gereja dan Pura karena penduduk yang memeluk agama tersebut jumlahnya tidak memungkinkan bila mau di buat tempat peribadatan. Maka jika mereka mau melaksanakan ibadah, maka dilaksanakan secara bergiliran di rumah-rumah sesama pemeluk ajaran kristen atau ke desa tetangga yang sudah memiliki fasilitas gereja.
Sekalipun penganut ajaran islam terbesar (mayoritas) di Desa Ginunggung, namun rasa saling menghargai dan menghormati yang minoritas tetap saja berlangsung dengan baik, sehingga tidak pernah ada gejala-gejala yang mengarah kepada letupan-letupan sosial, apalagi konflik sosial yang bernuansa SARA. Karena itu kehidupan keagamaan di desa ini sangat bagus, kondusif dan setiap pemeluk agama dapat melaksanakan ajarannya secara aman.
4.2.      Pengenalan Ternak Itik
Menurut sejarah, nenek moyang itik berasal dari Amerika Utara. Nenek moyang itik merupakan itik liar Anas mosca atau Wild mallaard. Selanjutnya, itik liar ini dijinakkan oleh manusia sehingga menjadi itik jinak yang sampai saat ini dapat kita lihat yang biasanya disebut Anas domestikus. Adapun cara penjinakan ternak itik tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain sebagai berikut:
·           Menangkap anak itik liar kemudian dipelihara sampai besar dan kemudian menjadi jinak.
·           Mengambil telur itik liar kemudian ditetaskan baik itu menggunakan induk buatan atau induk pengganti, sehingga itik yang menetas menjadi jinak.
·           Menangkap itik liar yang besar kemudian mengurungnya dan lambat laun menjadi jinak.
dalam keadaan liar itik bersifat monogamus, yaitu hidup berpasangan. Akan tetapi setelah jinak dan untuk mengefisienkan penggunaan itik pejantan maka sifat ternak itik menjadi poligamus. Sehingga dapat dipelihara sama-sama dalam satu kandang.
Ternak itik yang tergolong dalam ordo antidae pertama kali dijinakkan di Amerika Utara kemudian selanjutnya mengalami penyebaran. Yang mana penyebarannya sangat pesat, lebih pesat bila dibandingkan dengan ternak unggas lainnya karena daya adaptasi itik sangat baik (dapat hidup di daerah tropis dan subtropis. Pada pergantian musim itik ini bermigrasi dari wilayah utara ke wilayah selatan sehingga itik tersebut sampai di Amerika Selatan dan diasia sampai ke Malaysia, filipina bahkan sampai ke Indonesia


4.3.      Pemilihan Bibit Ternak itik
Untuk memperoleh bibit itik yang baik guna mendapatkan itik petelur dan pedaging yang unggul dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
4.3.1.      Membeli Bibit Itik Petelur Maupun Itik Pedaging Dari Poultry Shop
Telur tetas yang dibeli dari poultry shop yang didalamnya memiliki  breeding farm tidak perlu diragukan lagi tentang daya tetasnya. Telur yang dibeli dari Poultry Shop sudah dapat jaminan kemurnian darah ras itik, keseragaman umur anak itik/DOD (day old duck = anak itik umur satu hari) dan memperoleh bobot lahir yang seragam. Keseragaman jenis kelamin, ketahanan terhadap penyakit sama, dan kemampuan produksi bibit tersebut dapat diandalkan.
4.3.2.      Melakukan Pembibitan Sendiri
Pembibitan ternak itik dapat dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu sebagai berikut :
§  Pemilihan induk pejantan dan induk betina yang akan dijadikan sebagai sumber anak itik. Dengan demikian peternak akan lebih yakin terhadap telur tetas yang berasal dari indukan yang di pelihara sendiri. Induk jantan maupun betina yang digunakan sebaiknya memenuhi syarat syarat-syarat sebagai berikut :
§  Sehat
§  Tidak cacat
§  Dihasilkan dari perkawinan itik yang sehat dan ptoduksi telurnya banyak
§  Umurnya diatas 1-2 tahun Jangan menggunakan induk yang berumur masih muda, apalagi yang baru belajar bertelur, karena biaanya dalam penetaannya telur tidak akan menetas secara sempurna, walaupun berhasil menetas mutunya tidak akan baik seperti lemah dan akan terserang penyakit
§  Jangan juga menggunakan indukan yang terlalu tua, yaitu yang berumur diatas 3,5 tahun. Biasanya induk yang tua akan memproduksi telur dengan kerabang yang tebal yang dapat mengakibatkan tingkat penetasannya rendah. Kalaupun maenetas akan diperolek anakan yang kerdil dan pertumbuhannya lambat.
§  Sistem pemeliharaannya dipelihara secara khusus, bedakan dengan ternak itik yang dipelihara hanya untuk pengutipan telur. Hal-hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :
§  Pakan diusahakan dengan nilai gizi yang baik
§  Pengutipan telur lebih awal, agar terhindar dari pencemaran yang ditimbulkan dari feses ternak
§  Satu ekor pejantan untuk 6 ekor betina\
§  Pencegahan dari berbagai penyakit khususnya penyakit pullorum, karena penyakit ini disebarkan melalui telur.
§  Pilih telur dengan kriteria-kriteria sebagai berikut :
§  Berat telur rata-rata 65 gram/butir
§  Bentuknya oval (bulat lonjong)
§  Beri tanggal pada telur agar umur telur dapat diketahui.
§  Dieramkan sebaiknya dibawah umur 7 hari
§  Simpan di ruangan yang bersih dan segar serta tertutup.
§  Penetasan telur
Pemilihan telur tetas memang pekerjaan yang sangat melelahkan sekaligus menentukan. Bila salah dalam pemilihan telur tetas, bisa berakibat fatal. Bila pekerjaan memilih telur tetas telah seleai maka pekerjaan selanjutnya yang tak kalah melelahkan dan membutuhkan ketekunan serta kesabaran adalah menetaskan telur-telur tetas yang telah dipilih tadi. Untuk menetaskan telur tetas tadi dapat digunakan induk ayam, itik, atau mesin tetas.  Untuk 1 ekor ayam atau entok dapat mengerami 10 butir telur.
4.4.        Bahan Pakan
Untuk pemeliharaan itik secara dikurung atau secara intensif yaitu segala keperluan ternak disediakan oleh peternak, permasalahan yang tidak kalah penting adalah pemberian pakan. Karena walaupun peralihan sistem pemeliharaan dari
sistem pemeliharaan secara tradisional kesistem pemeliharaan secara intensif jelas akan membawa banyak perubahan.
Dalam hal ini pemberian pakannya harus intensif pula. Artinya,  pakan yang diberikan harus betul-betul memiliki gizi yang baik, sehingga ternak itik yang dipelihara mamp tumbuh dan berkembang dengan baik. Di Indonesia belum ada pedoman yang khusus untuk penyusunan ransum saat ini, biasanya para peternak hanya menyusun ransum dengan cara mencoba-coba saja. Dalam penyusunan ransum biasanya para peternak berpedoman pada formula dari luar negri, kemudian disesuaikan dengan bahan baku pakan yang tersedia di Indonesia.
Syarat pakan yang baik digunakan untuk ternak itik adalah sebagai berikut :
§   Ransum yang disusun haru mengandung unsur-unsur gizi yang lengkap seperti protein, lemak, serat kasar, vitamin dan mineral. Susunlah dari dari berbagai jenis bahan pakan, semakin banyak ragamnya maka semakin baik. Terutama dari sumber protein hewani.
§   Semua bahan pakan digiling halus dan dipadatkan dan dibentuk pil atau butiran, agar tidak tercecer saat itik memakannya. Bahan pakan yang biasa digunakan untuk pakan itik antara lain adalah dedak padi, jagung, bungkil kacang kedelai, bungkil kelapa, lamtoro, ikan, bekicot, remis, sisa dapur, tepung tulang, kepala atau kulit udang dan lain sebagainya.
§   Jumlah pemberian pakan disesuaikan dengan kebutuhan kadar protein yang dibutuhkan untuk fase pertumbuhan dan fase bertelur.
§   Tempat pakan sebaiknya dihindarkan dari pencemaran oleh jamur atau bakteri. Jadi harus dalam keadaan kering dan bersih.
§   Sesuaikan jumlah tempat pakan dan jumlah tempat minum dengan jumlah itik yang ada, agar jangan saling berebutan saat itik makan.
Pemberian pakan itik masa prduksi sebaiknya pakan mengandung kalsium dan fofor. Dalam proses produksi telur, itik membutuhkan lebih banyak kalsium dan fosfor dibandingkan dengan ternak ayam. Bukan hanya itu, itik akan mengalami kelumpuhan apabila kekurangan kalsium danfosfor.

4.5.   Tata Laksana Pemeliharaan Itik
Kunci keberhasilan usaha produksi ternak itik terletak pada pelaksanaan program tata laksanapemeliharaan iti sampai umur 22 minggu. Kesalahan nutrisi pada masa pertumbuhan akan menyebabkan itik terlambat mencapai kedewasaan kelamin sehingga  itik tidak dapat berproduksi pada umur yang telah diharapkan. Pada proses pemeliharaan itik, tata laksana pemeliharaan dimulai dari pemeliharaan anak itik, pemeliharaan itik masa pertumbuhan, pemeliharaan itik masa produksi, dan pemeliharaan itik masa rontok bulu serta beberapa aspek lainnya yang turut mendukung.
4.5.1.      Pemeliharaan Anak Itik
Anak itik yang baru menetas sebaiknya ditempatkan pada lingkaran yang terbuat dari tripleks, yang sebelumnya telah dipersiapkan terlebih dahulu. Tempat yang digunakan sebelumnya harus sudah disuci hamakan dengan menggunakan desinfektan serta dalam lingkaran tripleks tersebut harus disediakan induk buatan berupa lampu pemanas yang agar anak itik tidak merasa kedinginan.
Induk buatan dapat terbuat dari lampu minyak atau pun lampu listrik, dan induk buatan tersebut digunakan sampai anak itik pada umur 3 minggu. Pada saat umur 4 minggu lampu hanya digunakan sebagai penerang saat malam hari saja. Sedangkan suhu yang baik digunakan adalah sebagai berikut :
·      Itik umur 1 minggu : 320C
·      Itik umur 2 minggu : 270C
·      Itik umur 3 minggu : 210C
Untuk mencegah udara dingin masuk dari luar kandang, usahakan dinding kandang ditutup menggunakan tirai yang terbuat dari plastik. Saat hari keempat pada siang hari tirai dibuka dan ditutup kembali pada saat malam hari. Pada umur empat minggu tirai plastik dapat dilepas karena bulu pada itik sudah memungkinkan itik unuk menahan suhu dingin, akan tetapi aat terjadi hujan lebat dan angin kencang tirai plastik sebaiknya digunakan kembali.
Anak itik yang baru di belidari poultry shop dan perjalanan dari poultry shop menuju kandang cukup jauh, sebaiknya ternak itik tidak langsung diberi makan melainkan diberikan airminum yang segar bila perlu ditambahkan dengan gula agar energi yang digunakan saat ada diperjalanan bisa pulih kembali. Setelah 1 jam itik diberi makan sedikit demi sedikit, dalam arti kalau pakan di dalam tempat pakan habi maka sebaiknya ditambah ulang. Hal ini dilakukan agar pakan yang diberikan tidak tercecer.  Setelah minggu pertama berilah itik minuman yang dicampur dengan antibiotik dan vitamin. Hal ini dilakukan untuk merangang nafsu makan dan membentuk sitem kekebalan tubuh pada anak itik.
4.5.2.      Pemeliharaan Itik Masa Pertumbuhan
Itik pada masa pertumbuhan yaitu pada umur 5-22 minggu tidak dipelihara dalam lingkaran lagi tetapi sudah menyebar keseluruh ruangan yang ada di dalam kandang yang telah diberi alas litter baik itu kulit padi, jerami kering, ataupun serbuk gergaji. Penggunaan pasir dan kapur sangat dianjurkan karena pasir tidak mudah menggumpal dan mampu menyerap air dengan baik. Sedangkan kapur sendiri berfungsi untuk menurunkan kadar amoniak yang berasal dari feses dari ternak tersebut. Campuran pasir, kapur, kulit padi atau yang lainnya sebaiknya digunakan dengan perbandingan 1: 2: 5, dan tebal minimal 20 cm.seminggu sekali hendaknya alas diaduk aduk supaya bagian bagian yang terlalu basah cepat kering dan tidak memusat pada satu tempat.
Sebaiknya kandang itik digunakan hanya pada alam hari sedangkan siang hari itik dilepa diluar kandang agar itik bermain di kolam serta mendapatkan pakan tambahan dikolam berupa keong dan cacing, akan tetapi kolam masih berada didalam pagar yang mengelilingi kandang. Agar itik merasa nyaman sebaiknya 6-7 ekor itik menempati luasan 1 m2.
4.5.3.      Pemeliharaan Itik Masa Produksi
Mulai usia >22 minggu itik akan mulai bertelur, sehingga perlu dipersiapkan sarang untuk bertelur didalam kandang. Sarang telur dibuat dengan ukuran 40 x 40 x 30 cm, dan untuk satu sarang dapat digunakan untuk 6 ekor itik. Sarang diisi dengan kulit padi supaya lunak sehingga tidak merusak telur. Itik sebaiknya berada pada kandang yang sama pada saat produksi dan akhir produksi, karena itik terlalu peka dan mudah stress bila berpindah-pindah kandang.
Selama masa produksi sebaiknya itik tidak dikeluarkan dari kandang sebelum pukul 09:00 pagi. Karena itik masa produksi akan bertelur pada pukul 03:00 dinihari dan itik yang elum sempat bertelur pada pukul 03:00 akan bertelur sampai pukul 09:00 pagi. Pada umumnya itik yang bertelur tidak bertelur disarang yang sudah disediakan. Jika hal itu terjadi, peternak harus melatih itik dengan menempatkan telur didalam sarang sehingga secara naluri itik akan meniru untuk bertelur didalam sarang.
4.5.4.      Pemeliharaan Itik Masa Rontok Bulu
Pemeliharaan itik masa rontok bulu atau moulting etelah bertelur selama 9-12 bulan, dan pada saat itu selama 2-3 bulan itik akan istirahat untuk memproduksi telurnya. Masa rontok bulu yaitu masa dimana bulu pada itik akan rontok dan diikuti dengan tumbuhnya bulu-bulu baru sebagai pengganti bulu-bulu yang lama. Kejadian rontok bulu pada ungga merupakan kejadian yang alami, bukan karena penyakit.
Dalam masa rontok bulu dan pertumbuhan bulu baru, itik juga memperbaiki kondisi tubuhnya dan memberikan kesempatan alat reproduksinya untuk istirahat dan bersiap-siap untuk memasuki masa produksi berikutnya saat bulu-bulu sudah tumbuh secara sempurna.
4.6.   Kandang Itik
Kandang yang baik adalah kandang yang nyaman bagi ternak. Kandang merupakan tempat dimana ternak berlindung dari predator dan lingkungan yang ekstrim. Bukan hanya itu kandang juga merupakan tempat bagi ternak untuk memperoleh minuman dan pakan tambahan serta sebagai tempat bagi ternak untuk berproduksi, akan tetapi dalam penelitian ini pakan diperoleh didalam kandang, sedangkan pakan tambahan berada diluar kandang.
Sama halnya dengan ternak ayam, ternak itik juga memerlukan kandang terutama pada malam hari. Kenyamanan kandang dapat dilihat dari letaknya, jika kandang terletak didekat lingkungan yang bising, misalnya dekat dengan bandara, lapangan tembak atau jalan raya mau sebagus apapun bangunan kandang, maka ternak tersebut tidak akan merasa nyaman. Akibatnya ternak akan merasa stress sehingga pertumbuhan lambat dan produksi akan menurun.
Perlu diketahui bahwa itik merupakan ternak yang sangat peka terhadap kegaduhan, apbila sepanjang hari terjadi kegaduhan disekitar kandang maka dapt dipastikan itik tersebut tidak akan bertelur. Oleh karenanya ebaiknya kandang berada jauh dari tempat pemukiman, asalkan lokasi kandang masih dapat dijangkau dengan kendaraan.
Selain beberapa hal diatas, kandang ternak itik juga harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
·         Mempunyai luas yang cukup untuk jumlah itik yang dipelihara, maupun untuk rencana perluasan uaha.
·         Mempunyai ventilasi udara yang cukup, sehingga udara kotor yang ada di dalam kandang bisa keluar bergantian dengan udara yang bersih.
·         Cukup masuk sinar matahari, sebaiknya kandang menghadap ke arah timur.
·         Mudah dibbersihkan, lantaikandang harus lebih tinggi dari tanah yang ada disekitar kandang serta lantai kandang harus padat. Tinggi kandang haru cukup agar peternak tidak kesusahan dalm melakukan pemeliharaan.
·         Di dalam kandang harus tersedia peralatan pokok seperti tempat makan, tempat minum, tempat bertelur jika itik sudah mendekati fase layer, dan pemanas buatn jika ternak itik dipelihara dari umur satu hari DOD(day old duck).
·         Terletak didaerah yang tenang, aman dan mempunyai umber air yang cukup dan berih.
·         Disekitar kandang dibuatkan parit pembuangan sisa-sisa air minum dan kotoran ternak. Diusahakan jarak antara kandang dan parit cukup jauh.
Ada 3 sistem dan tipe kandang yang dianjurkan yait :
1.      Sistem Lantai (litter), yaitu digunakan sebagai alternatif kandang yang digunakan daerah yang mempunyai tanah berpasir atau kering, khususnyadaerah yangmemiliki daya serap terhadap air tinggi.
2.      Sistem panggung (slat), yaitu alternatif kandang yang secara modern digunakanuntuk mengatasi basahnya lantai kandang. Kandang seperti ini memiliki tingkat kesehatan tinggi, sehingga sangat cocok untuk diterapkan pada daerah yang kondisi tanahnya basah dan tingkat kelembabannya tinggi.
3.      Kombinasi antara sistem lantai dan panggung (litter dan slat), yaitu sistem kandang yang digunakan secara modern yang memberi 2 alternatif. Kandang panggung digunakan untuk tidur dan bertelur, sedangkan kandang lantai digunakan untuk bermain setiap hari.
Ketiga sistem di atas sebaiknya dilengkapi dengan kolam agar supaya itik merasa tinggal dihabitat aslinya, dan merasa tidak dibatasi hidupnya. Dalam penelitian ini kolam sangatlah penting bagi sistem pemeliharaan itik, karena hal ini sesuai dengan anatomi itik yang dapat diliat pada kakinya. Yang mana pada kakinya terdapat selaput yang dapat digunakan untuk berenang, karena pada habitat aslinya yaitu di rawa-rawa, sungai atau pun danau. Selain itu kolam dapat menyuplai pakan tambahan seperti cacing, keong dan dan mineral-mineral yang berada didalam tanah, yang dapat memenuhi kebutuhan protei hewani yang ada pada kolam itik tersebut.





BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.       Keimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu sebagaiberikut:
·           Menurut sejarah, nenek moyang itik berasal dari Amerika Utara. Nenek moyang itik merupakan itik liar Anas mosca atau Wild mallaard. Selanjutnya, itik liar ini dijinakkan oleh manusia sehingga menjadi itik jinak yang sampai saat ini dapat kita lihat yang biasanya disebut Anas domestikus.
·           Untuk memperoleh bibit itik yang baik guna mendapatkan itik petelur dan pedaging yang unggul dapat dilakukan dengan cara membeli bibit itik petelur maupun itik pedaging dari poultry shop atau melakukan pembibitan sendiri.
·           Bahan pakan Dalam hal ini pemberian pakannya harus intensif pula. Artinya,  pakan yang diberikan harus betul-betul memiliki gizi yang baik, sehingga ternak itik yang dipelihara mamp tumbuh dan berkembang dengan baik. Di Indonesia belum ada pedoman yang khusus untuk penyusunan ransum saat ini, biasanya para peternak hanya menyusun ransum dengan cara mencoba-coba saja. Dalam penyusunan ransum biasanya para peternak berpedoman pada formula dari luar negri, kemudian disesuaikan dengan bahan baku pakan yang tersedia di Indonesia.
·           Kunci keberhasilan usaha produksi ternak itik terletak pada pelaksanaan program tata laksanapemeliharaan iti sampai umur 22 minggu. Kesalahan nutrisi pada masa pertumbuhan akan menyebabkan itik terlambat mencapai kedewasaan kelamin sehingga  itik tidak dapat berproduksi pada umur yang telah diharapkan. Pada proses pemeliharaan itik, tata laksana pemeliharaan dimulai dari pemeliharaan anak itik, pemeliharaan itik masa pertumbuhan, pemeliharaan itik masa produksi, dan pemeliharaan itik masa rontok bulu serta beberapa aspek lainnya yang turut mendukung.
·           Pemeliharaan Anak Itik, Anak itik yang baru menetas sebaiknya ditempatkan pada lingkaran yang terbuat dari tripleks, yang sebelumnya telah dipersiapkan terlebih dahulu. Tempat yang digunakan sebelumnya harus sudah disuci hamakan dengan menggunakan desinfektan serta dalam lingkaran tripleks tersebut harus disediakan induk buatan berupa lampu pemanas yang agar anak itik tidak merasa kedinginan.
·           Pemeliharaan Itik Masa Pertumbuhan, Itik pada masa pertumbuhan yaitu pada umur 5-22 minggu tidak dipelihara dalam lingkaran lagi tetapi sudah menyebar keseluruh ruangan yang ada di dalam kandang yang telah diberi alas litter baik itu kulit padi, jerami kering, ataupun serbuk gergaji. Penggunaan pasir dan kapur sangat dianjurkan karena pasir tidak mudah menggumpal dan mampu menyerap air dengan baik
·           Pemeliharaan Itik Masa Produksi, Mulai usia >22 minggu itik akan mulai bertelur, sehingga perlu dipersiapkan sarang untuk bertelur didalam kandang. Sarang telur dibuat dengan ukuran 40 x 40 x 30 cm, dan untuk satu sarang dapat digunakan untuk 6 ekor itik. Selama masa produksi sebaiknya itik tidak dikeluarkan dari kandang sebelum pukul 09:00 pagi. Karena itik masa produksi akan bertelur pada pukul 03:00 dinihari dan itik yang elum sempat bertelur pada pukul 03:00 akan bertelur sampai pukul 09:00 pagi.
·           Pemeliharaan Itik Masa Rontok Bulu, Pemeliharaan itik masa rontok bulu atau moulting etelah bertelur selama 9-12 bulan, dan pada saat itu selama 2-3 bulan itik akan istirahat untuk memproduksi telurnya. Dalam masa rontok bulu dan pertumbuhan bulu baru, itik juga memperbaiki kondisi tubuhnya dan memberikan kesempatan alat reproduksinya untuk istirahat dan bersiap-siap untuk memasuki masa produksi berikutnya saat bulu-bulu sudah tumbuh secara sempurna.
·           Kandang Itik yang baik untuk digunakan adalah kandang yang nyaman bagi ternak. Kandang merupakan tempat dimana ternak berlindung dari predator dan lingkungan yang ekstrim. Bukan hanya itu kandang juga merupakan tempat bagi ternak untuk memperoleh minuman dan pakan tambahan serta sebagai tempat bagi ternak untuk berproduksi, akan tetapi dalam penelitian ini pakan diperoleh didalam kandang, sedangkan pakan tambahan berada diluar kandang. Kandang yang baik yaitu kandang yang dilelengkapi dengan pagar di are luar kandangnya serta terdapat kolam di dalamnya agar itik merasa bahwa berada di habitat aslinya.
5.2.       Saran
Adapun saran dari penulis mengenai laporan karya tulis ilmiah ini sebaiknya pihak P2WKKN memberikan waktu yang lebih karena dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini penulis masih sibuk mengurus laporan kelompok. Waktu yang Cuma satu minggu itu tidak cukup karena karya tulis ilmiah perlu diasistensi dan di ACC. Belum lagi apabila dose pembimbing tidak ada di tempat saat kita selesai membuat karya tulis ilmiah.